Selasa, 15 Juli 2014

PUJIAN DI DESA SOLOKURO: PENGARUH KEBUDAYAAN DAN UNSUR KEBAHASAAN



Abstrak

Filologi dikenal sebagai ilmu yang berhubungan dengan kebudayaan masa lampau. Studi atas karya tulisan masa lampau dilakukan karena adanya anggapan dalam tulisan terkandung nilai-nilai yang masih relevan dengan kehidupan masa kini. Pujian tumbuh dari rasa syukur kepada Allah, yaitu ketika Allah turut mengambil bagian dalam problema kehidupan, maka pada saat itulah rasa syukur dan terima kasih tercipta melalui pujian. Pujian dalam kajian ini diambil dari desa Solokuro Lamongan yaitu Hasbunallah wa ni’mal wakil, ni’mal maula wa ni’man nashir yang mempunyai arti cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung. Dia adalah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong. Setelah pujian ini berkembang sedikit demi sedikit kebiasaan atau kebudayaan masyarakat pada saat itu yang di anggap kurang baik mulai berkurang. Dalam tulisan ini juga mengkaji unsur kebahasaan dalam pujian Hasbunallah wa ni’mal wakil, ni’mal maula wa ni’man nashir.

Jumat, 04 Juli 2014

PEMERTAHANAN BUDAYA JAWA OLEH IBU SINDER: PEREMPUAN TIGA MASA DALAM NOVEL IBU SINDER KARYA PANDIR KELANA



PENGANTAR
Novel Ibu Sinder yang selanjutnya disebut (IS) merupakan karya Pandir Kelana. Pandir Kelana lahir di Banjarnegara, Jawa Tengah pada 4 April 1925. Nama aslinya adalah Slamet Danusudirjo. Dia merupakan sedikit dari penulis sastra yang aktif dalam bidang kemiliteran. Pandir Kelana mempunyai kesukaan menulis novel berlatar sejarah salah satunya adalah Ibu Sinder (1983). Selain itu novel-novelnya seperti Kereta Api Terakhir (1981), Kadarwati: Wanita dengan Lima Nama (1982), Rintihan Burung Kedasih (1984), Suro Buldog: Orang Buangan Tanah Merah Boven Digul (1986), Bara Bola Api (1992), Merah Putih Golek Kencana (1992) juga berlatar sejarah.

Minggu, 12 Januari 2014

Emak Bapak


Tiada kata yang pantas ku ucapkan
Selain ribuan kata maaf dan terimakasih
Itupun takkan bisa mengganti atas apa yang sudah engkau
Berikan padaku
Terkadang aku menganggap engkau berdua tidak ada
Tetapi Doa mu tak pernah lepas
Untuk anak semata wayangmu ini
Aku sadar

Jeritan Dalam Hati


Dalam istana yang bergelimang harta
Tak pernah membuat hati merasa bahagia
Meski di suguhi susu segar dan madu murni setiap hari
Tapi, rasanya perih                   
            Mulut ini ingin segera teriak dan berontak melawan
 
Copyright 2009 Moh. Fajri