Di
tengah gemuruh keramaian para pemuda kampung yang sedang asyik berjoget dangdut
bersama OM. Monawer yang sedang menghibur warga Seloluko. Hadi masih setia
berada di masjid untuk bersih-bersih sembari menunggu melaksanakan jama’ah
sholat ashar.
“Hadi,
kamu tidak pergi ke lapangan untuk melihat orkes?” Tanya Pak Samsul.
“Tidak
pak, saya masih harus belajar dan membantu emak Hadi pak”
“Kamu mau membantu apa Had?”
“Hadi
mau ke sawah pak mencari makan buat kambing di rumah”
“Memangnya
Bapak kamu kemana Had?”
“Bapak
saya sedang sakit pak jadi tidak bisa pergi ke sawah”
“ohh
pantas Had dari subuh Bapak kamu tidak ikut jama’ah ternyata sakit, ya sudah
nanti malam saya mau ke rumahmu untuk menjenguk Bapakmu”
“Terimakasih
pak, saya duluan ya pak”
“Hati-hati
Had.” Ucap Pak Samsul yang di jawab senyum oleh Hadi, seorang remaja yang baik,
taat beribadah serta suka membantu orang tua.
Tidak
seperti Roni, Roni adalah remaja yang suka berfoya-foya. Dia lebih suka berada
di warung kopi atau sekadar nyantai di perempatan jalan sambil menggoda kembang
desa yang lewat. Pernah suatu ketika Roni dan teman-temannya menggoda Mayang
anak dari Pak Samsul.
“Hai
Mayang cantik, sini donk temenin abang, abang kesepian nih.” Sambil mengedipkan
mata, dan di ikuti oleh tawa semua teman-teman Roni.
Mayang
hanya diam saja dan terkesan tidak merespon Roni yang menggodanya karena Mayang
sudah tahu kebiasaan buruk Roni.
Merasa
tidak dihiraukan Roni langsung marah dan memukul pantat Mayang.
Mendapat
perlakuan seperti itu Mayang marah dan langsung berteriak.
“Tolong-tolong.”
Teriak Mayang.
Bersamaan
dengan teriakan Mayang, Hadi pun datang dan membela Mayang untuk memarahi Roni
yang kurang ajar. Roni pun tidak terima dan menghajar Hadi sampai babak belur
lalu membiarkannya. Mayang pun berterimakasih kepada Hadi yang telah
menolongnya meskipun dia sampai babak belur di hajar oleh Roni dan
teman-temannya.
Roni
sendiri adalah anak tunggal dari pengusaha penggilingan padi terkenal dan di
segani di desa Seloluko, apapun yang Roni inginkan selalu dituruti oleh
Bapaknya. Meskipun anaknya salah tapi demi kehormatan keluarganya dia selalu
membela Roni. Banyak warga desa yang berhutang uang kepadanya termasuk orang
tua Hadi, sehingga Hadi tidak berani macam-macam dengan bapaknya Roni.
Kebiasaan
Roni ialah sangat suka nonton orkes dan setiap selesai pasti dia berkelahi
meskipun tidak pernah berbuntut panjang. Tetapi berbeda pada hari itu, sebelum
melihat pertunjukan orkes tepatnya di desa Ngablak. Seperti biasanya Roni
selalu mabuk dengan meminum tuwak bersama teman-temannya. Saat orkes
berlangsung Roni secara tidak sengaja bersenggolan dengan Jono yaitu seorang
preman dari desa Kluncing. Jono pun tidak terima dan langsung memukul Roni.
“pelloookkk.”
Suara pukulan Jono kepada Roni.
Roni
pun membalas pukulan Jono dengan tendangan di perut Jono yang membuat Jono
jatuh ke tanah. Melihat kejadian itu semua penonton langsung ikut ricuh dan
seketika itu para keamanan langsung terjun ke tengah kerumunan penonton untuk
berusaha mengamankan kericuhan tersebut. Keributan semakin tidak terkendali
sehingga pertunjukan orkes harus di hentikan sebelum waktu berakhir demi
mencegah resiko yang lebih besar. Roni ternyata masih tidak terima dengan apa
yang dilakukan oleh Jono dan tanpa di duga ketika Jono sendirian, Roni dan
teman-temannya langsung mengeroyok Jono. Jono pun langsung kabur dan berhasil
lolos dari serangan Roni dan teman-temannya.
Malam
harinya Roni beserta kelima teman-temannya merencanakan sesuatu untuk memberi
pelajaran kepada Jono. Ada salah seorang teman Roni yang di tugaskan untuk
pergi ke desa Kluncing mencari info tentang keberadaan Jono. Selang beberapa
saat kemudian teman Roni tersebut kembali.
“Ron,
aku sudah tahu dimana biasanya si Jono itu nongkrong.”
“Dimana
bro tempatnya?” Tanya Roni penasaran.
“Jono
biasanya nongkrong di ujung barat desa Kluncing Ron tepatnya di warung murni.”
“Baiklah
kalau begitu besok malam kita siap-siap kesana untuk memberi pelajaran kepada
orang yang berani macam-macam denganku.” Ucap Roni dengan nada tinggi.
“Siap
bosss.” Jawab semua teman Roni secara serentak.
Mereka
semua pun melanjutkan malam dengan main kartu dan berpesta menghabiskan 45
liter tuwak dan langsung tertidur pulas di perempatan jalan.
Tanpa
terasa adzan subuh pun berkumandang, Hadi bersama bapaknya langsung bergegas
menuju ke masjid dan mereka sangat kaget ketika sedang berjalan menuju masjid
melihat Roni dan teman-temannya masih tertidur pulas dengan bau sisa-sisa tuwak
yang masih sangat menyengat. Sambil terus berjalan bapak Hadi pun berbicara
kepada Hadi.
“Bapak
senang sekali Had kamu tidak bergaul dengan Roni meskipun dia teman masa
kecilmu.”
“Iya
pak, sebenarnya Hadi sangat sedih pak melihat kelakuan Roni yang sudah sangat
berbeda ketika waktu kecil dulu, dulu Hadi selalu ke masjid bareng Roni tetapi
sekarang Roni sudah tidak mau lagi ke masjid pak.” Ucap Hadi.
“Itulah
Had akibat dari orang tua yang tidak pernah mendidik anaknya, orang tua Roni
selalu memanjakan Roni dengan uang tanpa memikirkan kebiasaan Roni
sehari-hari.”
“Iya
pak, semoga saja Roni bisa berubah dan mau kembali lagi untuk pergi ke masjid.”
Ucap Hadi sambil meneruskan perjalanan menuju ke masjid.
Malam
harinya Roni pun berniat pergi ke desa Kluncing untuk memberi pelajaran kepada
Jono dan tanpa di sengaja ternyata saat di tengah perjalanan Roni dan
teman-temannya bertemu dengan Jono. Tanpa pikir panjang mereka semua langsung menyerbu
Jono yang saat itu sedang sendirian apalagi berada di sekitar sawah sehingga
jarang ada orang yang lewat. Semua teman-teman Roni memegangi tangan dan kaki
Jono dan Roni secara leluasa memukul dan menendang tubuh Jono sepuasnya karena
Jono sudah tidak bisa berkutik.
“perrroook.”
Bunyi tangan Roni yang memukul wajah Jono.
“jleeebbb
jlebbb.” Bunyi dada Jono yang di tendang oleh Roni.
Darahpun
keluar dari beberapa bagian tubuh Jono termasuk dari kepalanya karena tangan
Roni memakai sebuah besi pada ketiga jarinya kecuali jari jempol dan
kelingking.
Tanpa
terasa begitu lama mereka menganiaya Jono dan tanpa di sadari pula ternyata
Jono sudah tidak lagi bernafas.
Roni
pun kaget dan merasa ketakutan karena telah membunuh Jono sehingga Roni
langsung menyuruh teman-temannya untuk membuang mayat Jono di tengah-tengah
sawah. Mereka semua langsung kembali ke kampung mereka dengan di hantui rasa
takut di tangkap polisi.
“Bagaimana
ini Ron besok pagi mayat Jono pasti di temukan dan kita akan di tangkap oleh
polisi?” Tanya teman Jono.
“Tenang
dulu, Aku ini sedang memikirkan cara agar kita tidak di tuduh sebagai pembunuh
Jono.”
“Aku
tidak mau masuk penjara Ron.”
“Baiklah
aku akan menyuruh Bapakku berbuat sesuatu agar kita tidak di tangkap oleh
polisi.”
Roni
pun langsung pulang ke rumah untuk bercerita kepada Bapaknya kejadian yang
sebenarnya dan meminta bantuannya agar dia dan teman-temannya tidak di tangkap
oleh polisi.
“Itu
masalah gampang anakku.”
“Bagaimana
caranya pak?”
“Kamu
harus mencari orang desa sini untuk mengakui kalau dia adalah pembunuhnya,
kalau dia tidak mau bapak akan memberinya uang agar dia mau mengaku.”
Setelah
agak lama berpikir akhirnya Roni mendapatkan orang yang menurut dia tepat.
“Bagaimana
kalau si Hadi saja pak yang kita paksa karena dia kelihatan lugu sehingga dia pasti
mau apalagi orang tua Hadi punya hutang kepada bapak, kan bisa kita ancam akan
menyita semua harta benda yang mereka punya jika Hadi tidak mau melakukan ini.”
Ucap Roni kepada Bapaknya.
“Baiklah
nak, kalau itu memang maumu segera kamu paksa Hadi untuk mengakui kalau dia
adalah pembunuh Jono.”
Roni
langsung bergegas menuju ke tempat teman-temannya untuk memberitahukan mengenai
rencana tersebut. Mereka semua langsung setuju dan menunggu Hadi pulang dari
masjid untuk memaksanya.
Setelah
menunggu beberapa lama akhirnya Hadi pun pulang dari masjid usai jama’ah isya’
dengan jalan kaki. Mereka langsung memaksa Hadi untuk mengakui dan menyerahkan
diri kepada polisi kalau dia adalah pembunuh Jono.
“Aku
tidak mau karena aku tidak bersalah.” Jawab Hadi dengan tegas.
Pukulan
dan ancaman langsung datang dari Roni, Hadi pun tidak bisa berbuat apa-apa
karena dia sudah di pegangi oleh teman-teman Roni. Ketika Roni mengancam akan
menyita semua harta benda kedua orang tuanya karena hutang kepada Bapak Roni
akhirnya Hadi pun mau untuk mengaku dan menyerahkan diri kepada polisi kalau Dia
adalah pembunuh dari Jono. Hadi pun di penjara karena membunuh Jono tetapi sebelum
Hadi pergi ke kantor polisi dia meminta maaf dulu kepada kedua orang tuanya
tetapi dia tidak menceritakan kejadian yang sebenarnya terjadi sehingga orang
tuanya sangat kecewa dan marah besar kepada dia. Hadi hanya bercerita kepada
Mayang tetapi kemudian Mayang pun menceritakan kejadian yang sebenarnya terjadi
kepada orang tua Hadi, mendengar cerita Mayang orang tua Hadi merasa bersalah
telah marah kepada Hadi. Setelah itu orang tua Hadi tak pernah berhenti untuk
mendoakan yang terbaik untuk Hadi dan berharap kejadian yang sebenarnya segera
terungkap. Diam-diam Mayang melaporkan kepada polisi bahwa sesungguhnya
pembunuh Jono bukanlah Hadi tetapi Roni dan teman-temannya, polisi pun berusaha
mencari keterangan lebih lanjut mengenai kasus ini.
Selang
beberapa hari ada kabar bahwa Bapaknya Roni telah meninggal dunia dengan cara
mengenaskan yaitu di mutilasi, kepalanya di taruh di halaman rumah Roni
sedangkan tubuhnya berada di sekitar sawah tempat di temukannya mayat Jono.
Melihat bapaknya meninggal dengan keadaan yang mengenaskan Roni pun sangat
sedih, Roni menduga bahwa pembunuhnya adalah teman-teman Jono yang ingin balas
dendam kepadanya.
Belum
sempat Roni melakukan balas dendam ternyata di depan rumahnya sudah ada polisi
yang hendak menangkapnya karena polisi telah menemukan beberapa bukti dan
mendapatkan beberapa saksi bahwa sesungguhnya pembunuh dari Jono adalah Roni.
Akhirnya
Hadi pun di bebaskan sedangkan Roni dan teman-temannya di tangkap oleh polisi
dan di penjara.
0 komentar:
Posting Komentar