Sabtu, 17 Agustus 2013

Fitnah


Di tengah gemuruh keramaian para pemuda kampung yang sedang asyik berjoget dangdut bersama OM. Monawer yang sedang menghibur warga Seloluko. Hadi masih setia berada di masjid untuk bersih-bersih sembari menunggu melaksanakan jama’ah sholat ashar.
“Hadi, kamu tidak pergi ke lapangan untuk melihat orkes?” Tanya Pak Samsul.

“Tidak pak, saya masih harus belajar dan membantu emak Hadi pak”
 “Kamu mau membantu apa Had?”
“Hadi mau ke sawah pak mencari makan buat kambing di rumah”
“Memangnya Bapak kamu kemana Had?”
“Bapak saya sedang sakit pak jadi tidak bisa pergi ke sawah”
“ohh pantas Had dari subuh Bapak kamu tidak ikut jama’ah ternyata sakit, ya sudah nanti malam saya mau ke rumahmu untuk menjenguk Bapakmu”
“Terimakasih pak, saya duluan ya pak”
“Hati-hati Had.” Ucap Pak Samsul yang di jawab senyum oleh Hadi, seorang remaja yang baik, taat beribadah serta suka membantu orang tua.
Tidak seperti Roni, Roni adalah remaja yang suka berfoya-foya. Dia lebih suka berada di warung kopi atau sekadar nyantai di perempatan jalan sambil menggoda kembang desa yang lewat. Pernah suatu ketika Roni dan teman-temannya menggoda Mayang anak dari Pak Samsul.
“Hai Mayang cantik, sini donk temenin abang, abang kesepian nih.” Sambil mengedipkan mata, dan di ikuti oleh tawa semua teman-teman Roni.
Mayang hanya diam saja dan terkesan tidak merespon Roni yang menggodanya karena Mayang sudah tahu kebiasaan buruk Roni.
Merasa tidak dihiraukan Roni langsung marah dan memukul pantat Mayang.
Mendapat perlakuan seperti itu Mayang marah dan langsung berteriak.
“Tolong-tolong.” Teriak Mayang.
Bersamaan dengan teriakan Mayang, Hadi pun datang dan membela Mayang untuk memarahi Roni yang kurang ajar. Roni pun tidak terima dan menghajar Hadi sampai babak belur lalu membiarkannya. Mayang pun berterimakasih kepada Hadi yang telah menolongnya meskipun dia sampai babak belur di hajar oleh Roni dan teman-temannya.
Roni sendiri adalah anak tunggal dari pengusaha penggilingan padi terkenal dan di segani di desa Seloluko, apapun yang Roni inginkan selalu dituruti oleh Bapaknya. Meskipun anaknya salah tapi demi kehormatan keluarganya dia selalu membela Roni. Banyak warga desa yang berhutang uang kepadanya termasuk orang tua Hadi, sehingga Hadi tidak berani macam-macam dengan bapaknya Roni.
Kebiasaan Roni ialah sangat suka nonton orkes dan setiap selesai pasti dia berkelahi meskipun tidak pernah berbuntut panjang. Tetapi berbeda pada hari itu, sebelum melihat pertunjukan orkes tepatnya di desa Ngablak. Seperti biasanya Roni selalu mabuk dengan meminum tuwak bersama teman-temannya. Saat orkes berlangsung Roni secara tidak sengaja bersenggolan dengan Jono yaitu seorang preman dari desa Kluncing. Jono pun tidak terima dan langsung memukul Roni.
“pelloookkk.” Suara pukulan Jono kepada Roni.
Roni pun membalas pukulan Jono dengan tendangan di perut Jono yang membuat Jono jatuh ke tanah. Melihat kejadian itu semua penonton langsung ikut ricuh dan seketika itu para keamanan langsung terjun ke tengah kerumunan penonton untuk berusaha mengamankan kericuhan tersebut. Keributan semakin tidak terkendali sehingga pertunjukan orkes harus di hentikan sebelum waktu berakhir demi mencegah resiko yang lebih besar. Roni ternyata masih tidak terima dengan apa yang dilakukan oleh Jono dan tanpa di duga ketika Jono sendirian, Roni dan teman-temannya langsung mengeroyok Jono. Jono pun langsung kabur dan berhasil lolos dari serangan Roni dan teman-temannya.
Malam harinya Roni beserta kelima teman-temannya merencanakan sesuatu untuk memberi pelajaran kepada Jono. Ada salah seorang teman Roni yang di tugaskan untuk pergi ke desa Kluncing mencari info tentang keberadaan Jono. Selang beberapa saat kemudian teman Roni tersebut kembali.
“Ron, aku sudah tahu dimana biasanya si Jono itu nongkrong.”
“Dimana bro tempatnya?” Tanya Roni penasaran.
“Jono biasanya nongkrong di ujung barat desa Kluncing Ron tepatnya di warung murni.”
“Baiklah kalau begitu besok malam kita siap-siap kesana untuk memberi pelajaran kepada orang yang berani macam-macam denganku.” Ucap Roni dengan nada tinggi.
“Siap bosss.” Jawab semua teman Roni secara serentak.
Mereka semua pun melanjutkan malam dengan main kartu dan berpesta menghabiskan 45 liter tuwak dan langsung tertidur pulas di perempatan jalan.
Tanpa terasa adzan subuh pun berkumandang, Hadi bersama bapaknya langsung bergegas menuju ke masjid dan mereka sangat kaget ketika sedang berjalan menuju masjid melihat Roni dan teman-temannya masih tertidur pulas dengan bau sisa-sisa tuwak yang masih sangat menyengat. Sambil terus berjalan bapak Hadi pun berbicara kepada Hadi.
“Bapak senang sekali Had kamu tidak bergaul dengan Roni meskipun dia teman masa kecilmu.”
“Iya pak, sebenarnya Hadi sangat sedih pak melihat kelakuan Roni yang sudah sangat berbeda ketika waktu kecil dulu, dulu Hadi selalu ke masjid bareng Roni tetapi sekarang Roni sudah tidak mau lagi ke masjid pak.” Ucap Hadi.
“Itulah Had akibat dari orang tua yang tidak pernah mendidik anaknya, orang tua Roni selalu memanjakan Roni dengan uang tanpa memikirkan kebiasaan Roni sehari-hari.”
“Iya pak, semoga saja Roni bisa berubah dan mau kembali lagi untuk pergi ke masjid.” Ucap Hadi sambil meneruskan perjalanan menuju ke masjid.
Malam harinya Roni pun berniat pergi ke desa Kluncing untuk memberi pelajaran kepada Jono dan tanpa di sengaja ternyata saat di tengah perjalanan Roni dan teman-temannya bertemu dengan Jono. Tanpa pikir panjang mereka semua langsung menyerbu Jono yang saat itu sedang sendirian apalagi berada di sekitar sawah sehingga jarang ada orang yang lewat. Semua teman-teman Roni memegangi tangan dan kaki Jono dan Roni secara leluasa memukul dan menendang tubuh Jono sepuasnya karena Jono sudah tidak bisa berkutik.
“perrroook.” Bunyi tangan Roni yang memukul wajah Jono.
“jleeebbb jlebbb.” Bunyi dada Jono yang di tendang oleh Roni.
Darahpun keluar dari beberapa bagian tubuh Jono termasuk dari kepalanya karena tangan Roni memakai sebuah besi pada ketiga jarinya kecuali jari jempol dan kelingking.
Tanpa terasa begitu lama mereka menganiaya Jono dan tanpa di sadari pula ternyata Jono sudah tidak lagi bernafas.
Roni pun kaget dan merasa ketakutan karena telah membunuh Jono sehingga Roni langsung menyuruh teman-temannya untuk membuang mayat Jono di tengah-tengah sawah. Mereka semua langsung kembali ke kampung mereka dengan di hantui rasa takut di tangkap polisi.
“Bagaimana ini Ron besok pagi mayat Jono pasti di temukan dan kita akan di tangkap oleh polisi?” Tanya teman Jono.
“Tenang dulu, Aku ini sedang memikirkan cara agar kita tidak di tuduh sebagai pembunuh Jono.”
“Aku tidak mau masuk penjara Ron.”
“Baiklah aku akan menyuruh Bapakku berbuat sesuatu agar kita tidak di tangkap oleh polisi.”
Roni pun langsung pulang ke rumah untuk bercerita kepada Bapaknya kejadian yang sebenarnya dan meminta bantuannya agar dia dan teman-temannya tidak di tangkap oleh polisi.
“Itu masalah gampang anakku.”
“Bagaimana caranya pak?”
“Kamu harus mencari orang desa sini untuk mengakui kalau dia adalah pembunuhnya, kalau dia tidak mau bapak akan memberinya uang agar dia mau mengaku.”
Setelah agak lama berpikir akhirnya Roni mendapatkan orang yang menurut dia tepat.
“Bagaimana kalau si Hadi saja pak yang kita paksa karena dia kelihatan lugu sehingga dia pasti mau apalagi orang tua Hadi punya hutang kepada bapak, kan bisa kita ancam akan menyita semua harta benda yang mereka punya jika Hadi tidak mau melakukan ini.” Ucap Roni kepada Bapaknya.
“Baiklah nak, kalau itu memang maumu segera kamu paksa Hadi untuk mengakui kalau dia adalah pembunuh Jono.”
Roni langsung bergegas menuju ke tempat teman-temannya untuk memberitahukan mengenai rencana tersebut. Mereka semua langsung setuju dan menunggu Hadi pulang dari masjid untuk memaksanya.
Setelah menunggu beberapa lama akhirnya Hadi pun pulang dari masjid usai jama’ah isya’ dengan jalan kaki. Mereka langsung memaksa Hadi untuk mengakui dan menyerahkan diri kepada polisi kalau dia adalah pembunuh Jono.
“Aku tidak mau karena aku tidak bersalah.” Jawab Hadi dengan tegas.
Pukulan dan ancaman langsung datang dari Roni, Hadi pun tidak bisa berbuat apa-apa karena dia sudah di pegangi oleh teman-teman Roni. Ketika Roni mengancam akan menyita semua harta benda kedua orang tuanya karena hutang kepada Bapak Roni akhirnya Hadi pun mau untuk mengaku dan menyerahkan diri kepada polisi kalau Dia adalah pembunuh dari Jono. Hadi pun di penjara karena membunuh Jono tetapi sebelum Hadi pergi ke kantor polisi dia meminta maaf dulu kepada kedua orang tuanya tetapi dia tidak menceritakan kejadian yang sebenarnya terjadi sehingga orang tuanya sangat kecewa dan marah besar kepada dia. Hadi hanya bercerita kepada Mayang tetapi kemudian Mayang pun menceritakan kejadian yang sebenarnya terjadi kepada orang tua Hadi, mendengar cerita Mayang orang tua Hadi merasa bersalah telah marah kepada Hadi. Setelah itu orang tua Hadi tak pernah berhenti untuk mendoakan yang terbaik untuk Hadi dan berharap kejadian yang sebenarnya segera terungkap. Diam-diam Mayang melaporkan kepada polisi bahwa sesungguhnya pembunuh Jono bukanlah Hadi tetapi Roni dan teman-temannya, polisi pun berusaha mencari keterangan lebih lanjut mengenai kasus ini.
Selang beberapa hari ada kabar bahwa Bapaknya Roni telah meninggal dunia dengan cara mengenaskan yaitu di mutilasi, kepalanya di taruh di halaman rumah Roni sedangkan tubuhnya berada di sekitar sawah tempat di temukannya mayat Jono. Melihat bapaknya meninggal dengan keadaan yang mengenaskan Roni pun sangat sedih, Roni menduga bahwa pembunuhnya adalah teman-teman Jono yang ingin balas dendam kepadanya.
Belum sempat Roni melakukan balas dendam ternyata di depan rumahnya sudah ada polisi yang hendak menangkapnya karena polisi telah menemukan beberapa bukti dan mendapatkan beberapa saksi bahwa sesungguhnya pembunuh dari Jono adalah Roni.
Akhirnya Hadi pun di bebaskan sedangkan Roni dan teman-temannya di tangkap oleh polisi dan di penjara.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2009 Moh. Fajri