Kamis, 03 Oktober 2013

Deskripsi Bahasa, Berpikir, dan Berbudaya


  • Teori Wilhelm Von Humblodt
Wilhelm Von Humblodt, sarjana Jerman abad ke-19, menekankan adanya ketergantungan pemikiran manusia pada bahasa. Maksudnya, pandangan hidup dan budaya suatu masyarakat ditentukan oleh bahasa masyarakat itu sendiri, dan anggota masyarakat tersebut tidak boleh menyimpang dari garis-garis yang telah ditentukan oleh bahasa yang telah menjadi sebuah konvensi pada masyarakat tersebut. Dengan demikian, apabila masyarakat ingin mengubah pandangan hidupnya maka dia harus mempelajari satu bahasa yang lain sehingga anggota masyarakat tersebut akan menganut cara berpikir termasuk budaya masyarakat bahasa lain itu.

  • Teori Sapir- Whorf
Setiap bahasa telah mendirikan masyarakat tersendiri di dunia jadi banyaknya masyarakat di dunia ini sama banyaknya dengan bahasa yang ada. Dengan tegas Sapir juga mengatakan bahwa apa yang dilihat, di dengar, di alami, dan diperbuat merupakan sifat dan tabiat bahasa yang telah digunakan.
Berdasarkan hipotesis Sapir- Whorf itu dapat di katakan bahwa hidup dan pandangan hidup bangsa- bangsa di Asia Tenggara adalah sama karena mempunyai struktur bahasa yang sama. Sedangkan hidup dan pandangan bangsa lain seperti Cina, Amerika, Eropa, dan lain-lain adalah berlainan karena struktur bahasa yang berbeda.
  • Teori Jean Piaget
 Berbeda dengan pendapat Sapir- Whorf, Piaget, sarjana Perancis, berpendapat justru pikiranlah yang membentuk bahasa. Tanpa pikiran bahasa tidak aka nada. Pikiranlah yang menentukan aspek-aspek sintaksis dan leksikon bahasa, bukan sebaliknya. 
Piaget juga menegaskan bahwa kegiatan intelek (pemikiran) sebenarnya adalah aksi atau perilaku yang telah dinuranikan dan dalam kegiatan sensomotor termasuk juga perilaku bahasa. Yang penting adalah dalam jangka waktu sensomotor ini kekekalan benda merupakan pemerolehan umum.
  • Teori L. S. Vygotsky
 Vygotsky, sarjana bangsa Rusia, berpendapat adanya satu tahap perkembangan bahasa sebelum adanya pikiran, dan adanya satu tahap perkembangan pikiran sebelum adanya bahasa. Kemudian, keduanya saling bertemu, maka terjadi secara serentak pikiran berbahasa dan bahasa berpikir. Dengan kata lain, pikiran dan bahasa pada tahap awal berkembang secara terpisah, dan tidak saling mempengaruhi. Pada tahap berikutnya keduanya bertemu dan bekerja sama serta saling mempengaruhi. Jadi, berpikir menggunakan bahasa, dan berbahasa dengan menggunakan pikiran.
  • Teori Noam Chomsky
Mengenai hubungan bahasa dan pikiran Noam Chomsky mengajukan kembali teori klasik yang disebut hipotesis nurani (Chomsky, 1957, 1965, 1968). Sebenarnya teori ini tidak secara langsung membicarakan hubungan bahasa dengan pemikiran, tetapi kita dapat menarik kesimpulan mengenai hal itu karena Chomsky sendiri menegaskan bahwa pengkajian bahasa membukakan perspektif yang baik dalam pengkajian proses mental (pemikiran) manusia. Hipotesis nurani mengatakan bahwa struktur bahasa-dalam adalah nurani. Artinya, rumus-rumus itu di bawa sejak lahir. Pada waktu seorang anak-anak mulai mempelajari bahasa ibu, dia telah dilengkapi sejak lahir dengan satu peralatan konsep dengan struktur bahasa-dalam yang bersifat unifersal.
  • Teori Eric Lenneberg
Berkenaan dengan masalah hubungan bahasa dan berfikir, Eric mengajukan teori mengajukan teori yang disebut Teori Kemampuan Bahasa Khusus (Lenneberg, 1964). Menurut Lenneberg banyak bukti yang menunjukkan bahwa manusia menerima warisan biologi asli berupa kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang khusus untuk manusia, dan yang tidak ada hubungannya dengan kecerdasan dan pemikiran.
·         Teori Bruner
Berkenaan dengan masalah hubungan bahasa dan pemikiran, Bruner memperkenalkan teori yang disebutnya Teori Instrumentalisme. Menurut teori ini bahasa adalah alat pada manusia untuk mengembangkan dan menyempurnakan pemikir itu. Dengan kata lain, bahasa dapat membantu pemikiran manusia supaya dapat berpikir lebih sistematis.



0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2009 Moh. Fajri