- Teori Wilhelm Von Humblodt
Wilhelm
Von Humblodt, sarjana Jerman abad ke-19, menekankan adanya ketergantungan
pemikiran manusia pada bahasa. Maksudnya, pandangan hidup dan budaya suatu
masyarakat ditentukan oleh bahasa masyarakat itu sendiri, dan anggota
masyarakat tersebut tidak boleh menyimpang dari garis-garis yang telah
ditentukan oleh bahasa yang telah menjadi sebuah konvensi pada masyarakat
tersebut. Dengan demikian, apabila masyarakat ingin mengubah pandangan hidupnya
maka dia harus mempelajari satu bahasa yang lain sehingga anggota masyarakat
tersebut akan menganut cara berpikir termasuk budaya masyarakat bahasa lain
itu.
- Teori Sapir- Whorf
Setiap
bahasa telah mendirikan masyarakat tersendiri di dunia jadi banyaknya
masyarakat di dunia ini sama banyaknya dengan bahasa yang ada. Dengan tegas
Sapir juga mengatakan bahwa apa yang dilihat, di dengar, di alami, dan
diperbuat merupakan sifat dan tabiat bahasa yang telah digunakan.
Berdasarkan
hipotesis Sapir- Whorf itu dapat di katakan bahwa hidup dan pandangan hidup
bangsa- bangsa di Asia Tenggara adalah sama karena mempunyai struktur bahasa
yang sama. Sedangkan hidup dan pandangan bangsa lain seperti Cina, Amerika,
Eropa, dan lain-lain adalah berlainan karena struktur bahasa yang berbeda.
- Teori Jean Piaget
Berbeda dengan pendapat
Sapir- Whorf, Piaget, sarjana Perancis, berpendapat justru pikiranlah yang
membentuk bahasa. Tanpa pikiran bahasa tidak aka nada. Pikiranlah yang
menentukan aspek-aspek sintaksis dan leksikon bahasa, bukan sebaliknya.
Piaget juga menegaskan
bahwa kegiatan intelek (pemikiran) sebenarnya adalah aksi atau perilaku yang
telah dinuranikan dan dalam kegiatan sensomotor termasuk juga perilaku bahasa.
Yang penting adalah dalam jangka waktu sensomotor ini kekekalan benda merupakan
pemerolehan umum.
- Teori L. S. Vygotsky
Vygotsky, sarjana
bangsa Rusia, berpendapat adanya satu tahap perkembangan bahasa sebelum adanya
pikiran, dan adanya satu tahap perkembangan pikiran sebelum adanya bahasa.
Kemudian, keduanya saling bertemu, maka terjadi secara serentak pikiran berbahasa
dan bahasa berpikir. Dengan kata lain, pikiran dan bahasa pada tahap awal
berkembang secara terpisah, dan tidak saling mempengaruhi. Pada tahap
berikutnya keduanya bertemu dan bekerja sama serta saling mempengaruhi. Jadi,
berpikir menggunakan bahasa, dan berbahasa dengan menggunakan pikiran.
- Teori Noam Chomsky
Mengenai
hubungan bahasa dan pikiran Noam Chomsky mengajukan kembali teori klasik yang
disebut hipotesis nurani (Chomsky,
1957, 1965, 1968). Sebenarnya teori ini tidak secara langsung membicarakan
hubungan bahasa dengan pemikiran, tetapi kita dapat menarik kesimpulan mengenai
hal itu karena Chomsky sendiri menegaskan bahwa pengkajian bahasa membukakan
perspektif yang baik dalam pengkajian proses mental (pemikiran) manusia.
Hipotesis nurani mengatakan bahwa struktur bahasa-dalam adalah nurani. Artinya,
rumus-rumus itu di bawa sejak lahir. Pada waktu seorang anak-anak mulai
mempelajari bahasa ibu, dia telah dilengkapi sejak lahir dengan satu peralatan
konsep dengan struktur bahasa-dalam yang bersifat unifersal.
- Teori Eric Lenneberg
Berkenaan
dengan masalah hubungan bahasa dan berfikir, Eric mengajukan teori mengajukan
teori yang disebut Teori Kemampuan Bahasa Khusus (Lenneberg, 1964). Menurut
Lenneberg banyak bukti yang menunjukkan bahwa manusia menerima warisan biologi
asli berupa kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang khusus untuk
manusia, dan yang tidak ada hubungannya dengan kecerdasan dan pemikiran.
·
Teori
Bruner
Berkenaan dengan
masalah hubungan bahasa dan pemikiran, Bruner memperkenalkan teori yang
disebutnya Teori Instrumentalisme. Menurut teori ini bahasa adalah alat pada
manusia untuk mengembangkan dan menyempurnakan pemikir itu. Dengan kata lain,
bahasa dapat membantu pemikiran manusia supaya dapat berpikir lebih sistematis.
0 komentar:
Posting Komentar