Pagi
ini suasana kota Lamongan masih sunyi ketika aku bergegas menuju lapangan sepak
bola. Aku akan latihan sepak bola bersama tim Kecoak FC, seperti biasanya aku
berangkat selalu lebih awal daripada teman-teman satu timku. Aku bermimpi
membawa Negaraku menjadi juara piala dunia dan aku sendiri ingin menjadi pemain
terbaik dunia. Bagiku sepak bola adalah segalanya, aku tidak pernah kesepian
karena bagiku bola adalah teman.
“Hai
Fajri, kamu selalu datang mendahului kami” kata Dendi yang datang bersama
teman-teman satu timku.
Aku
hanya tersenyum menjawab pertanyaan dari Dendi.
“Fajri,
kamu tidak berangkat sama Robert?” tanya Kurnia selaku kapten timku.
“Maaf
kapten, Robert sedang pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan matanya, nanti
dia akan kesini” jawabku.
“Baiklah,
ayo kita semua mulai latihan”.
Kami
semua latihan dengan serius untuk persiapan mengikuti kompetisi nasional sepak
bola di Jakarta tujuh hari lagi. Kami ingin mendapatkan juara dalam kompetisi
bergengsi ini meskipun lawan yang akan kami hadapi cukup tangguh yang berasal
dari perwakilan semua daerah di Indonesia.
Diselah-selah
kami latihan ternyata Robert sudah sedari tadi menyaksikan kami di pinggir
lapangan. Robert saat ini berada di Indonesia untuk mengobati matanya, dia
tinggal di rumahku karena dia adalah teman ayahku yang bekerja di Brazil. Robert
dulunya adalah pemain nasional Brazil yang pernah mendapat penghargaan sebagai
pemain terbaik dunia, dia membuatku termotivasi untuk mengikuti jejaknya. Aku
ingin setelah ini pergi ke Brazil bersama dia untuk menjadi pemain profesional
dan suatu saat nanti akan menjadi pemain terbaik dunia. Sementara dia di
Lamongan maka pemilik tim meminta Robert menjadi salah satu pelatih kami
membantu Pak Susilo.
“Robert,
apa kamu baik-baik saja?” tanyaku yang khawatir dengan kondisi Robert.
“Aku
baik-baik saja, kalian harus tetap semangat dalam berlatih dan selalu jaga
kekompakan dengan cara berkomunikasi baik didalam maupun diluar lapangan, agar
tidak terjadi kesalahpahaman”.
“Baik
Robert kami akan lakukan itu”.
Sebelum
berangkat ke Jakarta kami akan melakukan uji coba dengan tim Kuda Betina FC
yang sebenarnya pernah kami kalahkan ketika babak final sehingga tim kami
berhak mewakili daerah untuk bertanding di Jakarta.
Pada
pertandingan kali ini pelatih menurunkan tim inti dengan Kurnia sebagai kiper
sekaligus kapten, di posisi bertahan ada Kipli, Hamzah, Roby, dan Tony, pada
posisi tengah ada Jupe, Busthom Ahmad, Dendi, serta Andik. Sedangkan di posisi
penyerang ada pasangan emas yaitu Madun dan tentunya saya Fajri Kikuk. Tanpa
diduga meskipun ini hanya laga uji coba ternyata stadion Rajawali penuh sesak
oleh para pendukung yang ingin menyaksikan pertandingan ini.
Pertandingan
ini berjalan seimbang secara keseluruhan dengan hasil akhir 7-0 untuk
kemenangan tim kami Kecoak FC. Kami semua kaget ketika Kurnia ditandu keluar
lapangan dan digantikan oleh Iker saat pertandingan belum usai setelah bertabrakan
dengan striker tim Kuda Betina. Kami masih menunggu kabar terakhir mengenai
kondisi Kurnia apakah baik-baik saja ataukah cedera Kurnia cukup parah. Setelah
kami menunggu lumayan lama akhirnya Robert keluar dari ruang medis untuk
menemui kami.
“Bagaimana
Robert kabar Kurnia?”.
“Kondisi
Kurnia lumayan parah dan harus dirawat sehingga kemungkinan dia tidak akan bisa
ikut bertanding ke Jakarta pada babak penyisihan sampai semifinal kalau kita
lolos” jawab Robert.
Mendengar
jawaban tersebut hatiku terasa sesak, Kurnia adalah kiper terbaik yang namanya
sudah dikenal oleh semua pecinta sepak bola di Indonesia, apalagi Kurnia adalah
kapten tim yang sangat diandalkan sehingga kami merasa kehilangan Kurnia.
“Fajri,
sementara Kurnia cedera kamu yang akan memakai ban kapten untuk memimpin tim
ini, aku percaya kamu pasti bisa” ucap Robert sembari memberikan ban kapten
kepadaku.
Aku
hanya terdiam memandangi ban kapten ini, aku berjanji dalam hati untuk membawa
tim ini sampai kebabak final supaya Kurnia bisa ikut bertanding dan tim kami
akan menjadi juara.
**
Sebelum
berangkat ke Jakarta malam harinya aku terlebih dahulu menjenguk Kurnia yang
sudah dirawat di rumahnya.
“Kapten
bagaimana keadaanmu sekarang?”.
“Terimakasih
Fajri kamu sudah datang menjengukku, kondisiku semakin membaik hanya saja harus
banyak istirahat supaya cepat kembali bisa bertanding. Fajri berjanjilah kamu
akan membawa tim kita sampai babak final sehingga aku akan ikut bertanding dan
kita akan menjadi juara” pinta Kurnia.
“Aku
berjanji kapten, aku akan berjuang sampai titik darah penghabisan supaya kita
bisa mewujudkan impian kita jadi juara nasional. Kapten aku mau pamit pulang
dulu untuk istirahat karena besok akan berangkat ke Jakarta. Semoga kamu cepat
sembuh”.
“Terimakasih
Fajri, aku percaya padamu”.
**
Keesokan
harinya kami pun berangkat menuju Jakarta karena lusa kami akan mulai kompetisi.
Kami tergabung di grup A bersama Suara Burung FC, Tugu Harimau FC, dan Makam
Beruang FC. Pada pertandingan pertama kami akan melawan tim yang sangat berat
yaitu Makam Beruang FC dimana tim ini diperkuat oleh Jajang Jangan yang
bertubuh besar serta mempunyai tendangan sangat keras. Makam Beruang FC sangat
berambisi untuk menjadi juara dalam kompetisi bergengsi ini apalagi tim ini
adalah tim yang sangat diunggulkan. Robert menyuruh kami hanya latihan ringan
untuk persiapan pertandingan pertama karena kami ingin menghindari resiko
pemain yang cedera saat latihan.
Pertandingan
pertama pun segera dimulai, sebelum pertandingan dimulai seperti biasa kedua
tim saling berjabat tangan. Ketika berjabat tangan Jajang dengan sengaja
meremehkan tim Kecoak FC dihadapanku.
“Hai
anak kecil, tim Kecoak ada Kurnia saja pasti kalah dari tim Makam Beruang
apalagi tanpa Kurnia, pasti kami akan panen gol” ucap Jajang.
“Kita
lihat saja nanti”. Jawabku.
Pertandingan
pun dimulai.
”Pada
babak pertama kedua tim saling menyerang. Tim Makam Beruang beberapa kali
mengancam gawang tim Kecoak hanya saja masih gagal karena tangguhnya benteng pertahanan
yang dikomandoi oleh Hamzah. Begitupun sebaliknya tim Kecoak mengandalkan
kecepatan para pemainnya seperti Dendi, Madun, dan yang pasti Fajri Kikuk
tetapi belum berhasil menjebol gawang tim Makam Beruang. Pada menit ke 30
melalui tendangan kerasnya jajang berhasil membobol gawang tim Kecoak yang
dikawal oleh Iker. Score pun berubah menjadi 1-0 untuk tim Makam Beruang.
Selang 10 menit kemudian tepatnya di menit 40 saya berhasil menyamakan
kedudukan setelah memanfaatkan umpan manis dari Madun disisi kanan pertahanan
tim Makam Beruang. Score berubah menjadi 1-1 yang bertahan hingga babak pertama
berakhir. Pada babak kedua jual beli serangan pun terjadi, kedua tim
menginginkan kemenangan dilaga pembuka ini untuk mengamankan poin hanya saja
serangan mereka selalu gagal. Pada menit ke 90 sayang sekali lini belakang tim
Kecoak sedikit lengah sehingga jajang berhasil membobol gawang mereka untuk
kedua kalinya yang mengubah score menjadi 2-1 untuk kemenangan tim Makam
Beruang dan bertahan hingga peluit panjang di bunyikan. Pertandingan yang
sangat menarik untuk dilihat” ucap reporter setelah pertandingan.
Setelah
pertandingan berakhir aku merasa sangat sedih disamping timku kalah, aku juga
mengecewakan semua orang termasuk janjiku kepada Kurnia. Akupun menangis karena
belum siap menerima kekalahan yang menyakitkan ini.
“Tenang
saja kompetisi belum berakhir, kompetisi baru saja dimulai” ucap Robert
kepadaku.
“Tapi
aku sudah kalah”
“Kau
belum kalah Fajri, kalau kamu juara suatu saat nanti akan aku ajak kau ke
Brazil”.
Mendengar
perkataan Robert aku merasa semangatku kembali lagi, disamping ingin menjadi
juara nasional aku juga ingin segera pergi ke Brazil untuk menjadi pemain profesional.
Pada
pertandingan selanjutnya kami menang dengan sangat mudah, menghajar tim Suara
Burung FC dengan score cukup telak 4-0, selanjutnya menghajar tim Tugu Harimau
FC dengan score yang juga cukup telak yaitu 5-1. Timku pun lolos ke babak
selanjutnya dengan predikat sebagai runner up grup A dibawah tim Makam Beruang
yang mengemas poin sempurna.
Pada
babak 16 besar kami berhasil menang 4-2 melawan tim Hijau Kadal FC. Kami
melenggang mulus ke babak selanjutnya melawan tim Ayam Panas FC, kami berhasil
menang 5-1 meskipun dengan kartu merah yang diterima oleh Kipli membuatnya
absen pada pertandingan semifinal, posisi Kipli rencananya akan di isi oleh
Ridwan Bakri. Menjelang babak semifinal berlangsung Kurnia mengucapkan selamat
kepadaku melalui telepon genggamnya.
“Selamat
Fajri, kalian sudah berhasil sampai pada babak semifinal, kalau kalian menang
kita akan bertanding di partai final” ucap Kurnia.
“Iya
Kurnia, aku akan menepati janjiku kepadamu”.
“Selamat
bertanding Fajri Kikuk”
“Terimakasih
Kurnia, aku harap kamu sudah bersiap-siap untuk terbang ke Jakarta”. Jawabku
sambil menutup pembicaraan.
Pada
pertandingan semifinal kami akan melawan tim Besi Ular FC yang diperkuat oleh
gelandang tangguh Jujun Nedi. Sebelum pertandingan ini dimulai, pada hari sebelumnya
tim Makam Beruang FC memastikan tiket ke babak final setelah mengalahkan tim
Kuda Hijau FC dengan score tipis 3-2. Melihat hasil itu aku semakin termotivasi
untuk memenangkan pertandingan ini agar bisa masuk babak final dan membalas
kekalahan atas tim Makam Beruang FC pada babak penyisihan. Dengan susah payah
kami pun berhasil memenangkan pertandingan ini dengan score tipis 2-1 dan
melangkah ke babak final.
Pertandingan
final akan dilaksanakan lima hari setelah ini sehingga kami masih ada waktu
persiapan melawan tim Makam Beruang. Robert menyuruh kami agar lebih kompak
pada babak final karena lawan yang akan kami hadapi adalah tim tangguh yang
pernah mengalahkan kami sebelumnya. Kami sangat optimis bisa memenangkan
pertandingan final ini apalagi tim kami sudah kembali diperkuat oleh Kurnia
yang sudah tidak diragukan lagi kualitasnya.
Sebelum
pertandingan dimulai seperti biasanya Jajang menghina tim kami, kali ini Kurnia
yang secara langsung dihina oleh Jajang.
“Hai
Kurnia apa kabar, ternyata setelah timmu kemarin kalah berani juga kau muncul
sekarang, baiklah akan ku robek gawangmu serta ku patahkan tanganmu”.
Mendengar
Jajang berkata seperti itu, Kurnia hanya membalasnya dengan senyuman.
“Pertandingan
pun dimulai dengan tim Kecoak yang memegang jalannya pertandingan, pada babak
pertama banyak sekali peluang yang dihasilkan oleh Madun dan kawan-kawan hanya
saja belum satu gol pun tercipta hanya karena salah pengertian. Tanpa diduga
ternyata tim Makam Beruang hanya mengandalkan serangan balik yang berbahaya,
beberapa kali tendangan Jajang mengarah ke gawang tetapi berkat kesigapan Kurnia,
Jajang juga belum berhasil mencetak gol. sehingga babak pertama berakhir dengan
kedudukan imbang tanpa gol”. Celoteh reporter yang bertugas.
“Pada
babak kedua nanti kalian harus berkomunikasi lebih baik lagi supaya tidak
terjadi salah paham seperti pada babak pertama”. Pinta Pak Susilo kepada kami.
“Baik
pelatih”. Jawab kami serentak.
“Babak
kedua dimulai dengan bola dari tim Makam Beruang FC. Kedua tim masih sama-sama
mencari peluang untuk mencetak gol tetapi masih belum berhasil. Hingga akhirnya
pada menit ke 88 melalui aksi tendangan akrobatik yang saya lakukan membuat
kedudukan berubah menjadi 1-0 untuk kemenangan tim Kecoak dan bertahan hingga
wasit meniup peluit panjangnya. Selamat untuk tim Kecoak yang berhasil menjadi
juara pada kompetisi tahun ini”. Ucap reporter tersebut.
Semua
pemain, pelatih, serta para pendukung bersorak gembira melihat tim ini keluar
sebagai juara. Aku pun langsung melepas kostumku sebagai tanda terimakasih
telah mendukung kami dan langsung melemparkannya kepada penonton. Ucapan
selamat tiada henti kami terima termasuk dari para pemain Makam Beruang FC yang
mau menerima kekalahan ini.
Pada
tribun penonton aku melihat seorang gadis yang tidak asing lagi bagiku. Dia
adalah Maria, gadis yang aku kagumi sejak masih sama-sama bersekolah di SD
Harapan Bangsa. Ternyata dia datang langsung dari Jepang untuk menyaksikan
pertandingan ini. Saat ini Maria sekolah di Jepang sehingga sangat sulit bagiku
untuk bertemu dengannya. Aku tersipu malu ketika Maria melemparkan senyum
padaku dan bergegas keluar stadion, akupun langsung keluar stadion dan bergegas
mencari Maria yang ternyata dia duduk di taman luar stadion.
“Maria,
itukah kau?”.
“Fajri,
sejak kecil kau selalu berteman dengan bola dan ingin menjadi pemain sepak bola
professional. Masa depanmu sudah terlihat jelas, selamat ya kamu sudah menjadi
juara nasional”.
“Terimakasih
Maria, aku jadi terharuh kamu bilang begitu padaku. Apakah kamu langsung dari
Jepang kesini untuk melihat pertandingan ini Maria?”.
“Benar,
aku kesini ingin menyaksikan pertandingan hari ini dan terimakasih kamu membuat
aku bangga. Fajri apakah benar setelah ini kamu ingin pergi ke Brazil?”.
“Iya
Maria setelah ini aku akan berangkat ke Brazil bersama Robert. Berapa lama kamu
di Indonesia?”
“Setelah
ini aku akan langsung kembali ke Jepang”.
“Apa?
setelah ini. Hmm padahal aku ingin menghabiskan waktu lebih lama bersamamu Maria.
Baiklah kalau begitu izinkan aku menemanimu ke bandara ya”.
“Baiklah
Jri kalau itu keinginanmu”.
**
Diselah
perjalanan ke bandara bersama Maria, aku baru sadar ternyata ketika
pertandingan final tadi Robert tidak ada entah kemana. Dia sudah berjanji akan
mengajakku ke Brazil bersamanya setelah aku menjuarai kompetisi ini. Ku kira
mengkin Robert sedang pergi ke dokter sehingga tidak bisa menyaksikan
pertandingan final tadi.
Sesampainya
di bandara dengan berat hati aku melepas kepergian Maria kembali ke jepang
untuk menggapai cita-citanya.
“Maria,
aku berjanji akan bertanding pada piala dunia di Jepang dan aku akan menemuimu
disana”.
“Aku
akan menunggumu, selamat tinggal Fajri Kikuk, kita pasti berjumpa lagi di lain
kesempatan”. Ucap Maria yang membuatku tak kuasa menahan kesedihan yang
mendalam.
“Hati-hati
Maria jaga dirimu baik-baik, aku akan selalu merindukanmu”.
Dengan
lambaian tangan dan senyum manis dibibirnya, Maria bergegas meninggalkanku menuju
pesawat yang akan membawanya kembali ke Jepang. Belum sempat hilang kesedihanku
ditinggal Maria ternyata aku melihat Robert sudah berada didalam pesawat yang
akan berangkat menuju ke Brazil, aku sontak kaget dan langsung berteriak
memanggilnya sekeras mungkin.
“Robeeeeert…
Robeeert… Robeert… Robert”. Teriakku sambil menahan air mata.
Dia
berlalu begitu saja tanpa menghiraukanku, dalam waktu yang hampir bersamaan aku
ditinggal pergi oleh dua orang yang berpengaruh dalam hidupku selain ayah dan
ibuku. Aku sangat terpukul menerima kenyataan ini. Baru kali ini aku merasa
begitu sedih sampai-sampai lupa kalau aku sebenarnya masih punya seorang teman
yang sangat berharga bagiku yaitu bola.
0 komentar:
Posting Komentar