A.
Sejarah
Lahirnya Psikolinguistik
a.
Tahap
Formatif
Menurut
Dardjowidjojo (2005:3), tahapan ini
adalah tahap awal berkembangnya psikolinguistik. Tahapan Formatif ini berawal
dari sebuah seminar yang diadakan di Universitas Comell pada tahun 1951.
Seminar tersebut diselenggarakan oleh John B. Carroll. Seminar tersebut berisi
tentang gagasan dari penemuan John W. Gardner yang mengemukakan penggabungan
dua disiplin ilmu psikologi dan linguistik menjadi satu disiplin ilmu. Hingga
muncul penelitian yang menggunakan istilah psikolinguistik oleh Osgood dan Sebeok pada tahun 1954.
b.
Tahap
Linguistik
Pada
tahap yang kedua Psikolinguistik yang sebelumnya lebih condong ke arah
behaviorisme. Hal ini dibantah oleh chomsky pada tahun 1957 dengan
diterbitkannya buku berjudul Syntactic Structures, serta kritik tajamnya
kepada teori behaviorisme B.F. Skinner. Hal ini makin berkembang karena
pandangan Chomsky tentang universalitas bahasa yang mungkin mengarah pada
pemerolehan bahasa. Hal ini lah yang kemudian mendukung adanya sebuah disiplin
ilmu Neurolinguistik dan Biolinguistik.
c.
Tahap
kognitif
Dalam
buku Dardjowidjojo tuliskan penjelasan mengenai tahapan kognitif yaitu pada
tahapan ini peran biologi pada sebuah bahasa sangat penting karena biologi
merupakan dasar dimana bahasa itu dapat tumbuh dan berkembang. Chomsky dan
Lenneberg menjelaskan bahwa pertumbuhan dan perkembangan bahasa seseorang akan
terkait secara genetik dengan perkembangan biologisnya.
d.
Tahap
Teori Psikolinguistik
Pada tahap terakhir ini
psikolinguistik tidak lagi berdiri sebagai ilmu yang terpisah dari ilmu-ilmu
lain karena pemerolehan dan penggunaan bahasa manusia banyak menyangkut cabang
ilmu lain (Dardjowidjojo, S, 2005:6). Perkembangan disiplin ilmu psikolinguistik telah merangsang Mehler dan
Noizet untuk menulis artikel “Vers une Modelle
Psycholinguistique du Locuter” (1974) yang dimuat di Textes Pour
une Psycholinguistique. Dalam artikel ini dijelaskan bahwa ada tiga generasi
perkembangan psikolinguistik yaitu psikolinguistik Generasi Pertama,
psikolinguistik generasi kedua, dan psikolinguistik generasi ketiga.
B.
Psikologi
dan Linguistik
a.
Psikologi dalam Linguistik.
Von Humboldt (1767-1835), pakar linguistik
berkebangsaan Jerman, telah mencoba mengkaji hubungan antara bahasa dengan
pemikiran manusia. Caranya dengan membandingkan tata bahasa dari bahasa-bahasa
yang berlainan dengan tabiat-tabiat bangsa-bangsa penutur bahasa itu. Ferdinand
de Saussure (1858-1913), pakar linguistik berkebangsaan Swiss, Beliau
memperkenalkan tiga istilah tentang bahasa yaitu langage (bahasa umumnya
bersifat abstrak), Langue (bahasa tertentu yang bersifat abstrak), parole
(bahasa sebagai tuturan konkret).
Dari berbagai sumber mengenai keterkaitan Psikologi
dalam linguistik dapat di
simpulkan bahwa dalam pembelajaran bahasa atau linguistik ini pasti membutuhkan
psikologi atau kejiwaan dan bakat yang dimiliki masing-masing Individu yang
saling berkaitan. Dalam bahasa manusia memiliki Language
Acquisition Device (LAD) untuk
melakukan kegiatan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari.
b.
Linguistik
dalam Psikologi
John Dewey (1859-1952), pakar psikologi
berkebangsaan Amerika, seorang empirisme murni. Beliau pengkajian kelas kata berdasarkan pemahaman
kanak-kanak kita dapat menetukan kecendrungan akal (mental) kanak-kanak yang
dihubungkan dengan perbedaan-perbedaan linguistik. Pengkajian seperti ini,
menurut Dewey akan memberikan bantuan yang besar kepada psikologi bahasa pada
umumnya. Karl
Buchler, pakar linguistik berkebanngsaan Jerman, Dalam bukunya Sprach Theorie
(1934), beliau menyatakan bahwa bahasa manusia itu mempunyai tiga fungsi yang
disebut Kungabe (kemudian disebut Ausdruck) Appell (yang sebelumnya disebut
Auslosung), dan Darstellung. Yang dimaksud dengan Kungabe adalh tindakan
komunikatif yang diwujudkan dalam bentuk verbal. Appell adalah permintaan yang
ditujukan kepada orang lain. Sedangkan darstellung adalah penggambaran pokok
masalah yang dikomunikasikan.
Dari berbagai sumber mengenai keterkaitan Psikologi
dalam linguistik yang kelompok kami dapat simpulkan bahwa linguistik dalam
psikologi bahwa bahasa atau linguistik merupakan cerminan psikologi atau
kejiawaan atau kebiasaan atau kepribadiaan seseorang dalam berperilaku di
kehidupan sehari-hari.
C.
Kerjasama
Psikologi dan Linguistik
Chaer (dalam Rose, 2012)
mengatakan bahwa kerja sama secara langsung antara disiplin psikologi
dan linguistik dimulai sejak 1860. Yaitu oleh Heyman Steinthal, seorang ahli
psikologi yang yang beralih menjadi ahli linguistik, dan Moria Lazarus seorang
ahli linguistik yang beralih menjadi ahli psikologi dengan menerbitkan sebuah
jurnal yang khusus membicarakan masalah psikologi bahasa dari sudut linguistik
dan psikologi.
Menurut Steinthal, sebuah ilmu psikologi tidak
mungkin dapat hidup tanpa sebuah ilmu bahasa. Juga dikatakannya bahwa
satu-satunya jalan untuk masuk ke dalam akal manusia adalah melalui hukum-hukum
asal bahasa dan bukan melalui pancaindra manusia. Kerja sama ini lebih erat
dilakukan pada tahun 1901 di Jerman oleh Albert Thumb seorang ahli linguistik
dengan Karl Marbe seorang ahli psikologi sebagai hasil kerja samanya. Secara
khusus Thumb dan Marbe telah melakukan kajian yang mendalam mengenai bahasa
dengan cara melakukan kerjasama antara analisis linguistik dari analogi dengan
analisis psikologi dari hubungan pertuturan bahasa.
Dasar-dasar psikolinguistik menurut
beberapa pakar di dalam buku yang disunting oleh Osgood dan Sebeok di atas
adalah sebagai berikut:
1.
Psikolinguistik adalah satu teori
linguistik berdasarkan bahasa yang dianggap sebagai sebuah system elemen yang
saling berhubungan.
2.
Psikolinguistik adalah satu teori
pembelajaran (menurut teori behaviorisme) berdasarkan bahasa yang dianggap
sebagai satu system tabiat dan kemampuan kemampuan yang menghubungkan isyarat
dengan perilaku.
3.
Psikolinguistik adalah satu teori
informasi yang menganggap bahasa sebagai sebuah alat untuk menyampaikan suatu
benda.
0 komentar:
Posting Komentar