Rabu, 03 Juli 2013

Kekerasan Dalam Dunia Pendidikan


Kekerasan merupakan sebuah penyimpangan yang bisa dilakukan oleh siapa saja mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, bahkan sampai orang tua. Baik secara sengaja maupun dilakukan hanya ketika emosi sesaat. Kekerasan identik dengan penganiayaan, pemerkosaan, pembunuhan, penculikan, dan lain sebagainya serta bisa terjadi dimana saja. Kekerasan juga bisa dikatakan perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain.

Kekerasan juga bisa terjadi di dunia pendidikan, salah satu tempat yang seharusnya bisa membuat hati damai dan di cintai oleh semua orang khususnya para siswa adalah di sekolah. Di tempat ini semua bisa belajar mengenai banyak hal termasuk pembentukan mental, budi pekerti yang baik, pencarian jati diri, dan lain sebagainya. Tetapi kenyataanya sekarang sering terjadi kekerasan di dunia pendidikan. Seperti tawuran antar pelajar, bahkan tawuran antar sekolah yang dipicu oleh masalah kecil yang di alami oleh dua orang siswa saja tetapi akhirnya berbuntut panjang. Tidak berhenti sampai disitu, ternyata kekerasan juga bisa dilakukan oleh seseorang yang menjadi suri tauladan atau contoh yang baik bagi para siswa yaitu seorang guru. Terbukti dengan adanya guru yang memaki-maki siswanya dengan kata-kata yang seharusnya tidak pantas diucapkan oleh seorang yang menjadi panutan siswa. Ada juga guru yang sampai tega meludahi siswanya hanya karena satu kesalahan kecil, bahkan ada juga Guru yang dengan sengaja memukul kepala para siswanya hanya gara-gara siswa tersebut belum mengerjakan pekerjaan rumah atau karena siswa tersebut terlambat masuk kelas padahal dia sudah memberikan alasan atau keterangan yang logis, sungguh sangat memprihatinkan. Seharusnya seorang guru harus bisa menyelesaikan permasalahan dengan kepala dingin, tidak langsung dengan tindakan kekerasan. Hal tersebut akan berdampak kurang baik bagi psikologi siswa dan membuat siswa yang menjadi korban merasa takut apabila mendengar kata-kata mengenai guru.
Menjadi seorang guru atau tenaga pendidik merupakan sebuah tanggung jawab yang berat karena hal terpenting bukan hanya tenaga dan fikiran yang dibutuhkan untuk mendidik para siswa. Diperlukan kesabaran yang tinggi karena setiap hari dia harus berhadapan dengan para siswa yang bisa dikatakan masih kurang tahu dan ingin tahu mengenai banyak hal, sehingga mereka terkesan rewel karena banyak bertanya mengenai hal yang belum mereka ketahui. Belum lagi guru harus bertemu setiap hari dengan siswa yang nakal sehingga harus berusaha dengan telaten mendidiknya supaya bisa berubah menjadi lebih baik. Menghadapi Siswa yang nakal atau sering melanggar aturan, seorang guru sering kehilangan kesabaran sehingga langsung menghukumnya dengan tindak kekerasan seperti pemukulan dan sebagainya.
Terlepas dari guru juga manusia yang tak pernah luput dari salah, banyak faktor yang membuat seorang guru melakukan tindak kekerasan kepada para siswanya. Ada faktor dari dalam dan faktor dari luar yang menyebabkan hal tersebut bisa terjadi. Faktor dari dalam adalah faktor yang berasal langsung dari guru tersebut. Misalnya, guru tersebut memang mempunyai tingkat emosi yang tinggi sehingga gampang sekali marah dan melakukan tindak kekerasan kepada siswa, bila ada siswa yang melakukan pelanggaran terhadap aturan sekolah maupun ketika didalam kelas siswa tersebut melakukan sebuah kesalahan seperti mengantuk, kurang memperhatikan saat guru tersebut menerangkan pelajaran, maka guru tersebut akan langsung menghukumnya. Faktor dari luar adalah faktor yang berasal dari luar pribadi guru tersebut. Misalnya, pada suatu hari guru tersebut mendapat masalah dari luar sekolah seperti masalah dalam rumah tangga atau masalah di masyarakat, masalah tersebut belum selesai tetapi guru tersebut harus kembali mengajar di sekolah sehingga pikirannya masih terganggu oleh masalah pribadi tersebut, kemudian dia melampiaskan kemarahannya kepada para siswa. Entah dengan dia hanya sekadar memarahi, membentak, atau bahkan sampai tega memukul para siswanya.
Hal tersebut secara tidak langsung akan merusak mental para siswa. Siswa akan merasa takut ketika proses belajar mengajar di sekolah berlangsung karena di pikirannya sekolah identik dengan kekerasan dan mentalnya bisa jadi berubah menjadi mental seorang preman atau tukang pukul. Siswa juga pasti merasa kurang nyaman berada di sekolah sehingga banyak siswa yang sengaja bolos sekolah. Mereka lebih memilih berada di warung kopi, warnet, jalan raya, tempat hiburan dan sebagainya. Mereka melakukan itu ketika jam sekolah masih berlangsung karena apabila mereka langsumg pulang ke rumah pasti mereka akan di marahi orang tuanya. Meskipun bukan hanya karena guru yang melakukan tindak kekerasan kepada siswa yang membuat mereka sering bolos sekolah tetapi kekerasan yang dilakukan oleh seorang guru kepada siswanya bisa dikatakan menjadi alasan para siswa untuk bolos sekolah, disamping cara mengajarnya yang kurang di sukai oleh siswa. Sementara itu guru tersebut menganggap dirinya tidak salah karena siswanya memang pantas mendapat hukuman seperti itu, jika siswa tersebut melanggar sebuah aturan yang sudah di tetapkan oleh sekolah.
Menanggapi permasalahan tersebut seorang guru yang dalam bahasa jawa sering di katakan di gugu lan di tiru seharusnya bisa lebih sabar dalam menghadapi para siswa serta berusaha lebih dekat kepada siswa. Guru bisa tahu apa masalah yang sedang di alami oleh seorang siswa sehingga sampai melanggar aturan yang ditetapkan oleh sekolah tanpa ada insiden pemukulan dan sebagainya. Jika ada siswa yang sudah melanggar seharusnya seorang guru tidak main hakim sendiri dengan menghukum siswa tersebut, tetapi biarkan pihak BK (Bimbingan Konseling) dulu yang menanganinya. Kalau ada masalah pribadi seorang Guru jangan sampai membawa masalah itu ke dalam kelas sehingga dalam mengajar bisa lebih fokus kepada pelajaran dan yang pasti kepada para siswa bukan kepada masalah yang sedang di hadapi. Guru juga harus memperhatikan dirinya sendiri khususnya dari cara mengajar didepan kelas apakah sudah sesuai dengan apa yang diharapkan atau gaya belajar para siswa. Pihak sekolah sendiri harus memberitahukan aturan yang sudah di buat sejelas mungkin kepada semua siswa agar mereka bisa paham dengan aturan yang sudah dibuat oleh sekolah sehingga mereka tidak merasa tertekan dengan aturan tersebut dan tidak akan menganggap peraturan itu dibuat hanya untuk di langgar.   


0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2009 Moh. Fajri