Pertama kali mendengar kata toilet berjalan pasti kebanyakan orang akan
mempunyai anggapan bahwa toilet itu kotor, jijik, baunya busuk, dan sebagainya.
Pada awalnya saya juga mempunyai perasaan seperti itu apalagi tempatnya yang
sempit dan airnya kurang bersih. Tetapi, semua itu salah ketika saya berada di
alun-alun sebuah kota besar yang terletak di Jawa Timur. Ketika saya ingin buang air kecil tetapi kesulitan mencari
tempat, tanpa sengaja saya memasuki toilet berjalan dengan berlari dan merasa
kaget karena ternyata toilet itu bersih dan terawat meskipun agak sempit tetapi
itu wajar karena toilet ini berada pada tempat seperti sebuah mobil. Hanya
dengan membayar seribu sampai dengan dua ribu rupiah saja kita sudah bisa
mandi, cuci pakaian, atau bahkan buang air kecil dan air besar.
Kemudian
saya bertanya langsung kepada salah satu penjaga mengenai banyak hal tentang
toilet berjalan ini dia menjawab kalau setiap saat dia dan temannya selalu membersihkan
toilet berjalan ini, apalagi jika pada saat toilet banyak di gunakan oleh
pengunjung alun-alun. Dia tidak ingin toilet ini terlihat kotor
sehingga orang akan merasa kurang nyaman kalau sedang memakai toilet ini. Air
yang digunakan diambil dari PDAM sehingga bisa dibilang cukup bersih, hanya
saja terkadang toilet ini kehabisan air karena tandon atau tempat penampung
airnya kurang besar. Setiap hari dia menjaga toilet berjalan ini bergantian
dengan temannya mulai dari jam tujuh pagi sampai jam sepuluh malam. Toilet ini
sangat ramai di pakai oleh pengunjung
pada saat hari libur atau ketika bulan puasa karena banyak orang
menunggu berbuka puasa atau ngabuburit
dengan bermain ke Alun-alun ini. Untuk hari-hari biasa toilet ini
sepi dari pengunjung yang ingin memakainya. Hal itu ternyata menjadi masalah
bagi bapak penjaga toilet yang tidak ingin disebutkan namanya ini. Dia
mengatakan setiap hari dia harus menyetor uang kepada pemerintah sedangkan jika
toilet ini sepi maka dia merasa bingung mau membayar pakai uang apa, karena
sehari-hari dia hanya bekerja untuk menjaga toilet ini.
Pada
saat saya bertanya lebih jauh mengenai pendidikannya bapak penjaga toilet ini
menjawab hanya sekolah sampai tingkat SMP di karenakan biaya yang kurang
mencukupi pada saat itu sehingga dia tidak bisa melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi dan memilih untuk mencari pekerjaan. Bapak ini mengaku selama
menempuh dunia pendidikan dia tidak pernah minta uang kepada orang tuanya
karena dia sadar dengan ekonomi keluarganya sehingga dia berusaha sendiri untuk
membiayai sekolahnya mulai dari berjualan kacang dan lain sebagainya. Bapak ini
ternyata juga masih memperhatikan dunia pendidikan zaman sekarang yang berbeda
jauh ketika dia masih sekolah. Saat ini semua serba praktis sehingga malah membuat
para siswa cenderung malas. Dia juga merasa sangat kecewa dengan anak sekolah
saat ini karena kebanyakan mereka menggunakan toilet berjalan untuk sarana
ganti pakaian dan pergi bermain, padahal saat itu jam sekolah masih berlangsung. Dia sebenarnya
ingin memarahinya tetapi bagaimana lagi dia hanya menjaga toilet dan biasanya
mereka juga masih membayar uang agar tidak di laporkan kepada siapapun termasuk
gurunya.
Mendengar
penjelasan dari Bapak penjaga toilet tadi saya merasa kaget kalau ternyata
toilet berjalan ini bisa digunakan oleh kebanyakan siswa untuk sarana berganti
pakaian sekolah dengan pakaian bermain atau bisa dibilang mereka bolos sekolah
dan berganti pakaian di toilet ini pada saat jam sekolah masih berlangsung.
Menanggapi mengenai hal itu saya merasa kurang setuju dan kecewa dengan sikap
yang di ambil oleh Bapak penjaga toilet tersebut karena bisa di bilang bapak
ini membantu para siswa untuk bolos sekolah padahal dia sendiri sudah tahu.
Seharusnya meskipun dia bukan seorang guru atau tenaga pendidik dia harus
melarang para siswa untuk bolos sekolah atau dia bisa memarahi siswa itu dan
melarang dia menggunakan toilet tersebut meskipun para siswa membayar dengan
uang yang lebih.
Beberapa
sebab yang membuat siswa menggunakan sarana toilet umum untuk bolos adalah
faktor internal yaitu dari siswa itu sendiri yang memang suka untuk membolos
sekolah dan menganggap sekolah adalah tempat mangkal dari kegiatan-kegiatan
yang membosankan di rumah. Kata bolos sangat popular di kalangan siswa maupun
mahasiswa yang ternyata malah merasa bangga bila dirinya melakukan kegiatan
yang namanya bolos sekolah atau kuliah. Masalah ini kelihatannya sangat remeh sehingga
cenderung dibiarkan saja oleh sekolah. Padahal kalau masalah ini di biarkan
maka akan menjadi masalah yang besar karena tidak menutup kemungkinan akan
banyak siswa yang bolos sekolah dan memilih untuk bermain ataupun melakukan hal
yang kurang positive di luar sekolah.
Sementara
faktor eksternal adalah faktor dari luar pribadi siswa tersebut termasuk dari
sekolah, guru maupun dari lingkungan. Misalnya kebijakan sekolah yang tidak
berdamai dengan kepentingan siswa, guru yang tidak profesional, fasilitas
penunjang sekolah misal laboratorium dan perpustakaan yang tidak memadai, bisa
juga kurikulum yang kurang bersahabat sehingga mempengaruhi proses belajar di
sekolah. Dari kendala-kendala diatas, sesungguhnya yang paling dominan
mempengaruhi siswa membolos adalah keberadaan guru. Guru yang ideal harus
berfungsi sebagai Designer of Instruction.
Sebagai Designer guru harus mampu
membuat pembelajaran menarik dan tidak membosankan, tapi seperti kita ketahui
banyak guru yang kurang mampu menjadi peracik bahan-bahan pengajaran yang
kemudian dikemas dan disajikan secara menarik kepada siswa, sehingga siswa
merasa jenuh didalam kelas. Tidak kalah pentingnya menjadi guru ideal atau guru
yang mampu menempatkan dirinya sebagai Evaluator
of Instruction, guru diharapkan sebagai penilai hasil ujian siswa dengan
mengedepankan kejujuran, transparansi dalam menilai siswanya. Tapi banyak
sekali guru dengan kesibukannya mencari tambahan ekonomi keluarga, melakukan
penilaian dengan cara “ngaji (mengarang biji)” nilai siswa dikarang karena
tidak punya waktu banyak untuk menilai satu persatu siswanya. Hal ini bisa
menjadi pemicu siswa membolos karena menganggap nilai bisa di atur tanpa dia
belajar dengan serius di sekolah.
Solusi
yang harus di lakukan oleh seorang guru agar siswanya tidak sering bolos
sekolah antara lain guru harus melakukan pendekatan
persuasif dan edukatif kepada siswa, memposisikan siswa sebagai teman bicara
dan bukan sebagai terdakwa. Guru memberikan teladan yang baik kepada siswa,
jangan sampai siswa terlambat dihukum sedangkan guru yang sering terlambat
dibiarkan saja. Guru selalu berkreasi, berinovasi agar suasana kelas tercipta
ceria menyenangkan dan hidup. Guru hendaknya merefleksi dan mengevaluasi
diri apakah siswa dapat menerima dan memahami apa yang telah diajarkan kepada
para peserta didik, serta guru harus memberikan penilaian kepada siswa
dengan adil, transparan, jujur, dan tidak merekayasa.
Dengan demikian dapat kita simpulkan
bahwa sebenarnya penjaga toilet umum berjalan meskipun bukan seorang guru tapi
dia bisa menjadi seorang pendidik dengan cara mencegah atau melaporkan para
pelajar yang ingin bolos sekolah dengan menggunakan fasilitas toilet umum untuk
berganti pakaian sekolah dengan pakaian bermain pada saat jam sekolah masih
berlangsung. Sekolah juga harus menindak lebih tegas kepada para siswa yang
bolos sekolah, karena kalau dibiarkan maka ini akan menjadi masalah yang besar
bagi dunia pendidikan, apalagi para pelajar adalah para generasi muda yang dikemudian
hari akan menjadi para penerus perjuangan atau pemimpin di masa yang akan datang.
0 komentar:
Posting Komentar