Rabu, 03 Juli 2013

Toilet Berjalan Menjadi Sarana Bolos Sekolah


Pertama kali mendengar kata toilet berjalan pasti kebanyakan orang akan mempunyai anggapan bahwa toilet itu kotor, jijik, baunya busuk, dan sebagainya. Pada awalnya saya juga mempunyai perasaan seperti itu apalagi tempatnya yang sempit dan airnya kurang bersih. Tetapi, semua itu salah ketika saya berada di alun-alun sebuah kota besar yang terletak di Jawa Timur. Ketika saya ingin buang air kecil tetapi kesulitan mencari tempat, tanpa sengaja saya memasuki toilet berjalan dengan berlari dan merasa kaget karena ternyata toilet itu bersih dan terawat meskipun agak sempit tetapi itu wajar karena toilet ini berada pada tempat seperti sebuah mobil. Hanya dengan membayar seribu sampai dengan dua ribu rupiah saja kita sudah bisa mandi, cuci pakaian, atau bahkan buang air kecil dan air besar.

Kemudian saya bertanya langsung kepada salah satu penjaga mengenai banyak hal tentang toilet berjalan ini dia menjawab kalau setiap saat dia dan temannya selalu membersihkan toilet berjalan ini, apalagi jika pada saat toilet banyak di gunakan oleh pengunjung alun-alun. Dia tidak ingin toilet ini terlihat kotor sehingga orang akan merasa kurang nyaman kalau sedang memakai toilet ini. Air yang digunakan diambil dari PDAM sehingga bisa dibilang cukup bersih, hanya saja terkadang toilet ini kehabisan air karena tandon atau tempat penampung airnya kurang besar. Setiap hari dia menjaga toilet berjalan ini bergantian dengan temannya mulai dari jam tujuh pagi sampai jam sepuluh malam. Toilet ini sangat ramai di pakai oleh pengunjung  pada saat hari libur atau ketika bulan puasa karena banyak orang menunggu berbuka puasa atau ngabuburit dengan bermain ke Alun-alun ini. Untuk hari-hari biasa toilet ini sepi dari pengunjung yang ingin memakainya. Hal itu ternyata menjadi masalah bagi bapak penjaga toilet yang tidak ingin disebutkan namanya ini. Dia mengatakan setiap hari dia harus menyetor uang kepada pemerintah sedangkan jika toilet ini sepi maka dia merasa bingung mau membayar pakai uang apa, karena sehari-hari dia hanya bekerja untuk menjaga toilet ini.  
Pada saat saya bertanya lebih jauh mengenai pendidikannya bapak penjaga toilet ini menjawab hanya sekolah sampai tingkat SMP di karenakan biaya yang kurang mencukupi pada saat itu sehingga dia tidak bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dan memilih untuk mencari pekerjaan. Bapak ini mengaku selama menempuh dunia pendidikan dia tidak pernah minta uang kepada orang tuanya karena dia sadar dengan ekonomi keluarganya sehingga dia berusaha sendiri untuk membiayai sekolahnya mulai dari berjualan kacang dan lain sebagainya. Bapak ini ternyata juga masih memperhatikan dunia pendidikan zaman sekarang yang berbeda jauh ketika dia masih sekolah. Saat ini semua serba praktis sehingga malah membuat para siswa cenderung malas. Dia juga merasa sangat kecewa dengan anak sekolah saat ini karena kebanyakan mereka menggunakan toilet berjalan untuk sarana ganti pakaian dan pergi bermain, padahal saat itu jam sekolah masih berlangsung. Dia sebenarnya ingin memarahinya tetapi bagaimana lagi dia hanya menjaga toilet dan biasanya mereka juga masih membayar uang agar tidak di laporkan kepada siapapun termasuk gurunya.
Mendengar penjelasan dari Bapak penjaga toilet tadi saya merasa kaget kalau ternyata toilet berjalan ini bisa digunakan oleh kebanyakan siswa untuk sarana berganti pakaian sekolah dengan pakaian bermain atau bisa dibilang mereka bolos sekolah dan berganti pakaian di toilet ini pada saat jam sekolah masih berlangsung. Menanggapi mengenai hal itu saya merasa kurang setuju dan kecewa dengan sikap yang di ambil oleh Bapak penjaga toilet tersebut karena bisa di bilang bapak ini membantu para siswa untuk bolos sekolah padahal dia sendiri sudah tahu. Seharusnya meskipun dia bukan seorang guru atau tenaga pendidik dia harus melarang para siswa untuk bolos sekolah atau dia bisa memarahi siswa itu dan melarang dia menggunakan toilet tersebut meskipun para siswa membayar dengan uang yang lebih.
Beberapa sebab yang membuat siswa menggunakan sarana toilet umum untuk bolos adalah faktor internal yaitu dari siswa itu sendiri yang memang suka untuk membolos sekolah dan menganggap sekolah adalah tempat mangkal dari kegiatan-kegiatan yang membosankan di rumah. Kata bolos sangat popular di kalangan siswa maupun mahasiswa yang ternyata malah merasa bangga bila dirinya melakukan kegiatan yang namanya bolos sekolah atau kuliah. Masalah ini kelihatannya sangat remeh sehingga cenderung dibiarkan saja oleh sekolah. Padahal kalau masalah ini di biarkan maka akan menjadi masalah yang besar karena tidak menutup kemungkinan akan banyak siswa yang bolos sekolah dan memilih untuk bermain ataupun melakukan hal yang kurang positive di luar sekolah.
Sementara faktor eksternal adalah faktor dari luar pribadi siswa tersebut termasuk dari sekolah, guru maupun dari lingkungan. Misalnya kebijakan sekolah yang tidak berdamai dengan kepentingan siswa, guru yang tidak profesional, fasilitas penunjang sekolah misal laboratorium dan perpustakaan yang tidak memadai, bisa juga kurikulum yang kurang bersahabat sehingga mempengaruhi proses belajar di sekolah. Dari kendala-kendala diatas, sesungguhnya yang paling dominan mempengaruhi siswa membolos adalah keberadaan guru. Guru yang ideal harus berfungsi sebagai Designer of Instruction. Sebagai Designer guru harus mampu membuat pembelajaran menarik dan tidak membosankan, tapi seperti kita ketahui banyak guru yang kurang mampu menjadi peracik bahan-bahan pengajaran yang kemudian dikemas dan disajikan secara menarik kepada siswa, sehingga siswa merasa jenuh didalam kelas. Tidak kalah pentingnya menjadi guru ideal atau guru yang mampu menempatkan dirinya sebagai Evaluator of Instruction, guru diharapkan sebagai penilai hasil ujian siswa dengan mengedepankan kejujuran, transparansi dalam menilai siswanya. Tapi banyak sekali guru dengan kesibukannya mencari tambahan ekonomi keluarga, melakukan penilaian dengan cara “ngaji (mengarang biji)” nilai siswa dikarang karena tidak punya waktu banyak untuk menilai satu persatu siswanya. Hal ini bisa menjadi pemicu siswa membolos karena menganggap nilai bisa di atur tanpa dia belajar dengan serius di sekolah.
Solusi yang harus di lakukan oleh seorang guru agar siswanya tidak sering bolos sekolah antara lain guru harus melakukan pendekatan persuasif dan edukatif kepada siswa, memposisikan siswa sebagai teman bicara dan bukan sebagai terdakwa. Guru memberikan teladan yang baik kepada siswa, jangan sampai siswa terlambat dihukum sedangkan guru yang sering terlambat dibiarkan saja. Guru selalu berkreasi, berinovasi agar suasana kelas tercipta ceria menyenangkan dan hidup. Guru hendaknya merefleksi dan mengevaluasi diri apakah siswa dapat menerima dan memahami apa yang telah diajarkan kepada para peserta didik, serta guru harus memberikan penilaian kepada siswa dengan adil, transparan, jujur, dan tidak merekayasa. 
            Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa sebenarnya penjaga toilet umum berjalan meskipun bukan seorang guru tapi dia bisa menjadi seorang pendidik dengan cara mencegah atau melaporkan para pelajar yang ingin bolos sekolah dengan menggunakan fasilitas toilet umum untuk berganti pakaian sekolah dengan pakaian bermain pada saat jam sekolah masih berlangsung. Sekolah juga harus menindak lebih tegas kepada para siswa yang bolos sekolah, karena kalau dibiarkan maka ini akan menjadi masalah yang besar bagi dunia pendidikan, apalagi para pelajar adalah para generasi muda yang dikemudian hari akan menjadi para penerus perjuangan atau pemimpin di masa yang akan datang.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2009 Moh. Fajri